Rabu, 05 Oktober 2011
Selasa, 04 Oktober 2011
ARTIKEL DAN ULASAN TEORI
Pendapat berdasarkan teori :
Sekolah homogen biasanya hanya menerima siswa laki-laki atau perempuan saja. Sedangkan sekolah heterogen menerima siswa laki-laki dan perempuan. Kecenderungan sekolah heterogen lebih laris atau diminati para remaja sekarang. Sekolah homogen dapat membawa dampak baik dan buruk bagi peserta didiknya.
Dari segi akademik, bagi siswa yang sangat pintar, kelebihan ilmu, dan merasa di sekolah yang dulu, tidak punya saingan, sekolah homogen ini tempat yang cocok untuk mereka, otomatis setelah masuk, ada kemungkinan mereka tidak menjadi yang terpintar, bahkan mungkin yang terbodoh.
Guru – guru juga berbeda, pasti mereka (guru-guru) menerapkan pola mengajar sesuai jenis kelamin anaknya, kalau muridnya susah diatur, kepribadian mereka yang asli akan muncul ke permukaan, ini juga pasti berlaku, di sekolah yang lain, kalau muridnya pejaka tulen, gurunya juga pasti lemah lembut. Dan untuk cari muka dihadapan guru, ini juga menjadi kompetisi sendiri. dan biasanya para graduatedya menjadi orang terpandang, contoh Gubernur DKI saat ini,Pak Fauzi Bowo,alumni SMA Kolose Kanisius.
Dari segi cinta atau pergaulan, free sex, tidak ada disini. Tapi penyimpangan seksual akan banyak terjadi, bagi pria yang mentalnya tidak siap untuk bertemu laki-laki terus selama di lingkungan sekolah, bisa jadi virus pejaka lemah gemulai akan merasuk, hal tersebut berlaku juga untuk murid perempuan. Lalu bagaimana dengan masa remaja yang haus akan berpacaran, otomatis mereka akan cari pacar di sekolah lain, entah di sekolah putri saja, atau sekolah umum, kalau untuk yang tidak normal , mereka bisa mencari pacar di sekolah mana saja, siswa/i yang tidak kreatif saja, yang tidak akan melakukan ini.
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja menjajaki mencoba berbagai pilihan yang ada, mengarahkan pandangan lebih jauh mengenai karir, pekerjaan, dan tujuan hidupnya di masa mendatang sebagai bagian dari perkembangan identitas diri. Pembentukan identitas diri merupakan tugas utama perkembangan psikososial remaja, yaitu identitas diri yang stabil dan koheren (Havighurst,1961). Sekolah membantu remaja membentuk sikap dan pandangan akan dirinya sendiri, sehingga berperan penting dalam membentuk sense of autonomy dan identitas diri remaja (Erikson, 1968 ; Santrock, 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan tim dari London University’s Institute of Education, pria yang bersekolah di sekolah homogen (muridnya pria semua) risiko bercerainya lebih tinggi 40% dibandingkan pria yang bersekolah di sekolah heterogen. Penelitian ini dipresentasikan di Cambridge oleh kepala peneliti, Profesor Diana Leonard.
Penelitian melibatkan 17.000 orang dewasa (semuanya lahir pada 1958), yang datang dari berbagai macam latar pendidikan. Penelitian menunjukkan pria yang tidak cukup bersosialisasi dengan wanita di lingkungan sekolah akan berpengaruh pada kepribadiannya kelak. Dari penelitian juga digambarkan, kecenderungan depresi pada pria yang sekolah di sekolah homogen di usia 40 tahun. Hal yang menarik adalah, risiko bercerai yang tinggi tidak dialami oleh wanita yang bersekolah di sekolah homogen.
“Penelitian menunjukkan sekolah homogen memang bagus untuk wanita tetapi tidak untuk pria. Hal ini bukan hanya terkait dengan kemampuan sosialisasi tetapi juga akademik. Pria juga belajar lebih baik saat bersama wanita," kata Dr. Mary Bousted, Sekretaris The Association of Teachers and Lecturers, seperti vivanews kutip dari Betti Confidential
Peran humas dalam sekolah.
Masalah sekolah menjadi buah bibir masyarakat, disorot media massa, diperdebatkan di berbagai forum hingga diprotes langsung oleh orangtua siswa, politisi dan LSM. Kasus yang hangat adalah maraknya fenomena geng pelajar di berbagai daerah dan sekolah yang melakukan kekerasan kolektif. Belum lagi kekerasan yang melibatkan guru dan siswa, termasuk kasus pelecehan seksual, rokok, narkoba dan miras yang pasang surut meramaikan peredaran berita di media massa
RINCIAN TUGAS HUMAS
- Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan masyarakat.
- Mengendalikan dan melayani masyarakat yang memerlukan informasi dari sekolah.
- Mengkomunikasikan berbagai kebijakan sekolah maupun informasi dinas lainnya kepada seluruh guru, karyawan, siswa maupun orangtua sesuai dengan kepentingan dan keperluannya.
- Menampung, mengolah dan menindaklanjuti berbagai masukan baik dari guru, karyawan, siswa, orangtua serta masyarakat lainnya yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan pendidikan.
- Membina hubungan antara sekolah dengan Komite Sekolah serta Alumni.
- Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, institusi pendidikan baik di dalam maupun luar negeri serta lembaga lainnya yang kaitannya dengan pengembangan sekolah.
- Mengatur dan mengontrol penempatan berbagai pengumuman yang terdapat dalam papan informasi.
- Bersama dengan Tim ICT mengembangkan jalur komunikasi dengan berbagai pihak yan dianggap relevan dengan pengembangan serta layanan pendidikan dengan memanfaatkan teknologi informatika.
- Mengatur penjadwalan dan mengkoordinasikan berbagai pertemuan dinas di lingkungan sekolah.
- Mengadministrasikan berbagai aktifitas kedinasan seperti rapat-rapat dinas, pertemuan dengan komite sekolah, kunjungan-kunjungan.
- Merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan studi banding.
- Mengembangkan dan mengkoordinasikan berbagai aktifitas sekolah dalam rangka menciptakan situasi kekeluargaan dan kesejahteraan guru, karyawan dan stakeholder lainnya.
Melihat fungsi dan tugasnya yang cukup berat namun strategis ini idealnya seorang Humas sekolah adalah guru yang memiliki kecerdasan inter dan intra personal atau kecerdasan sosial. Tipe kecerdasan ini yaitu kemampuan seseorang dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain, dalam memotivasi, mempengaruhi, menghargai orang lain. Wakil kepala sekolah bidang ini dituntut memiliki akses keluar sekolah dalam menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak luar.
Untuk memberdayakan peran dan fungsinya itu, seorang Humas harus memiliki program kerja yang terarah dan terukur. Seperti mengirim rilis berita ke media massa, melakukan penawaran proposal, membuat media informasi internal, memiliki alat dokumentasi (kamera, handycame, komputer) dan lain sebagainya.
Dalam sekolah homogen humas sangat berperan penting didalamnya, dimana guru yang menjadi seorang humas harus mensosialisasikan aturan-aturan dalam sekolah tersebut yang tentunya sedikit berbeda dengan sekolah heterogen. Selain itu harus mengerti bagaimana memperlakukan peserta didik yang berjeniskelamin sama agar bisa mengurangi kemungkinan bersaing yang tidak sehat. Seorang humas harus mampu mempromosikan sekolah homogen ini pada masyarakat luas agar banyak diminati remaja sekarang, karena para remaja lebih berminat memilih sekolah heterogen yang ada lawan jenis mereka agar lebih bisa mengerti karakter laki-laki dan perempuan.
Dalam sekolah heterogen peran humas lebih cenderung pada masalah pergaulan antar pesertaidik, dimana pesertadidik seringkali menimbulkan masalah disekolah dengan berpacaran yang tidak sewajarnya dan lain-lain. Sistem aturan harus lebih ditegaskan disini, pengawasan terhadap cara bergaul juga ditingkatkan agar guru dapat mengontrol tingkah laku siswa atau pesertadidik.
Langganan:
Postingan (Atom)